14 Maret 2018-MTs Hasan Jufri kedatangan tamu dari pihak puskesmas Sangkapura dalam rangka Imunisasi difteri pada siswa-siswi MTs Hasan Jufri. Agenda ini dilakukan untuk menaggulangi adanya penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT). Penyakit difteri, pertusis, dan tetanus adalah tiga penyakit berbeda
yang masing-masing memiliki risiko tinggi dan bahkan bisa menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, pemberian imunisasi DPT sebaiknya tidak dilewatkan.
Difteri
merupakan penyakit pada selaput lendir pada hidung serta tenggorokan
yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini dapat menimbulkan lapisan
tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan sehingga dapat membuat anak
sulit makan dan bernapas. Bila infeksi tidak diobati, toksin yang
dihasilkan oleh bakteri bisa menyebabkan lumpuh dan gagal jantung jika
dibiarkan.
Sedangkan pertusis yang lebih dikenal batuk rejan
adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan batuk
parah. Jika anak di bawah satu tahun terkena penyakit ini, kemungkinan
dapat terjadi pneumonia, kerusakan otak, kejang, bahkan kematian.
Sementara tetanus
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan, kejang, serta
kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri. Berbeda dengan
difteri dan pertusis yang menular, tetanus tidak ditularkan dari orang
ke orang.
Pemberian Imunisasi DPT
Imunisasi DPT pada anak-anak diberikan sebanyak lima kali sejak anak
berusia 2 bulan hingga 6 tahun. Tiga pemberian pertama pada usia 2
bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Pemberian yang ke-4 adalah pada usia 18
bulan dan pemberian yang terakhir pada usia 5 tahun. Dosis yang
diberikan yakni satu kali suntikan setiap jadwal imunisasi. Setelahnya,
dianjurkan untuk melakukan booster Tdap (imunisasi ulang Tetanus Difteri dan Pertusis) tiap 10 tahun.
Perhatikan beberapa kondisi anak Anda sebelum memberikan imunisasi.
Jika anak Anda mengalami sakit parah pada saat tiba jadwal imunisasi,
maka sebaiknya Anda tunggu hingga keadaan anak membaik. Jangan berikan
imunisasi selanjutnya jika anak Anda memiliki kondisi seperti:
- Setelah 7 hari mendapatkan suntikan, anak mengalami gangguan pada sistem saraf atau otak.
- Muncul alergi yang cukup mengancam nyawa setelah anak mendapatkan imunisasi.
Segera periksakan ke dokter bila setelah imunisasi, anak Anda mengalami:
- Demam di atas 40 derajat Celcius
- Anak tidak berhenti menangis setidaknya selama 3 jam
- Anak mengalami kejang atau pingsan.
Jika ditemukan bahwa anak Anda menunjukkan reaksi yang buruk terhadap vaksin pertusis, biasanya dokter akan memberikan imunisasi TD dan menghentikan pemberian imunisasi DPT.
Efek Samping DPT
Efek samping dari imunisasi DPT yang dapat muncul antara lain:
- Demam ringan
- Bengkak pada bagian suntikan
- Kulit pada bagian suntikan menjadi merah dan sakit
- Anak terlihat lelah
- Anak menjadi rewel
Efek samping tersebut biasanya akan terjadi pada satu hingga tiga
hari setelah pemberian vaksin. Sebaiknya gunakan ibuprofen atau
acetaminophen (parasetamol) untuk meredakan demam anak Anda. Hindari
obat yang mengandung aspirin karena pada sebagian kasus menyebabkan
gangguan kesehatan yang bisa mengancam nyawa anak, yaitu kerusakan hati
dan otak. Walau sangat jarang terjadi, pemberian vaksinasi DPT dapat
menimbulkan kejang, koma, dan kerusakan otak.
Dengan memberikan imunisasi yang lengkap pada anak maka Anda telah
memberikan perlindungan kepada anak dari beberapa penyakit berbahaya.
Ingat baik-baik kapan jadwal imunisasi anak Anda dan konsultasikan
kepada dokter jika anak Anda menunjukkan gejala-gejala yang
mengkhawatirkan setelah pemberian imunisasi.
Posting Komentar